Jumat, 18 Juli 2008

If: a presupposition trigger of Non Truth


If a man could be two places at one time,
I'd be with you....
Lyric Fragment: If by Bread

jika aku bisa ada di dua tempat secara bersamaan, maka aku akan bersamamu
atau
jika aku bisa membelah diri, aku bakalan bersamamu
atau
jika badanku bisa terbagi, aku akan bersamamu

begitulah, dari tadi if... if... if.... yang artinya kalau... kalau.... kalau.... dari potongan lagunya bread, kita tahu bahwa seseorang tak bisa berada pada dua tempat pada waktu yang sama. Dari mana kita bisa mempunyai pemikiran seperti itu? karena ada kata kata "if". Dimana dengan kata kata ini, sesuatu dapat diindikasikan tidak atau belum bisa terjadi

if i had wings, then i would fly

apakah saya punya sayap? tentu tidak. Hal ini akan berbeda jauh apabila kita hilangkan if-nya

i had wings, then i would fly

ini malah artinya saya punya sayap adan akan terbang...
begitulah... if ini menjadi salah satu andalan dari para calon pemimpin kita yang berkampanye, baik presiden, gubernur, atau bupati. Namun seringkali janji ini pada akhirnya diingkari.
Jika saya jadi presiden, maka saya tidak akan menaikan harga BBM

Saat mereka menjabat memang berbeda saat mereka kampanye. Ternyata ketika menjabat, bensik naik 3X dari 2500 sampai sekarang berkisar 6000 rupiah! ini Karena penekanan yang terjadi bukan pada janji untuk tidak menaikan BBM, tapi lebih pada If, nya. "saya belum jadi prsiden" begitu kira-kira...he...he...

makan tempe pake bakso urat
listrik mati ada kereta lewat
ketika kampanye semua terasa dekat dengan rakyat
tak tahu nanti kalau sudah menjabat

Tidak ada komentar: